Kisah Cinta Pemimpi Kecil


Ini adalah kisah cinta saya dengan musik.  Perkenalan saya dengan musik terjadi saat tanpa sengaja saya mendengar sebuah lagu dari salah satu band asal irlandia beraliran folk rock bernama the corrs. Lantunan musik yang enak serta irama yang mudah diikuti membuat saya candu dengan musik tersebut, walaupun saat itu saya masih berumur 5 tahun. Sejak saat itu saya mulai suka bernyanyi, karena bagi saya menyanyi adalah cara yang paling mudah untuk menikmati musik ketika saya masih buta akan segala macam alatnya.
Keinginan saya untuk memperdalam musik semakin menggebu ketika duduk di bangku sekolah dasar. Kala itu, saya melihat Sherina berkolaborasi dengan Westlife di televisi. Saya mulai bermimpi untuk bisa memiliki nasib seberuntung dia, muda, bersuara merdu, dan bisa memainkan alat musik. Sayangnya, keinginan saya untuk memperdalam musik dengan mengikuti les tidak diizinkan oleh orang tua saya. Meskipun demikian saya tidak habis akal, akhirnya saat masuk sekolah menengah pertama saya bergabung dengan kegiatan ekstrakulikuler paduan suara, di sana saya mulai mengenal berbagai jenis suara seperti, sopran, alto, bass dan lain-lain.
Dengan bermodalkan suara yang kata orang lumayan enak didengar, beberapa kali saya pernah berniat untuk mengikuti kontes menyanyi yang diadakan setiap tahun di beberapa stasiun televisi nasional, namun orang tua saya tetap tidak mengizinkan karena mereka khawatir hal tersebut dapat mengganggu kegiatan formal saya di sekolah. Mereka menganggap bahwa berkarir di bidang informal seperti menyanyi bukanlah pekerjaan yang menjajikan di masa depan. Orang tua saya selalu berkata, memiliki suara bagus itu hanya bonus dari Tuhan dan bukan untuk dijadikan pekerjaan.
Walalupun terhalang restu orang tua  untuk serius bernyanyi, saya tetap menjadikan ini sebagai hobi. Teknologi yang semakin modern saat ini membuat saya mudah mengapresiasikan diri. Dengan bergabung di salah satu media sosial bernama SoundCloud, keinginan menjadi penyanyi itu sedikit terobati. SoundCloud merupakan media sosial dimana orang di seluruh dunia bisa mendengar suara kita, bisa berupa catatan harian, puisi, dan menyanyikan lagu dengan versi sendiri. Melalui Soundcloud saya menemukan dunia baru, semua jenis musik ada di sini, musik versi lama yang mungkin sudah membosankan bisa kembali fresh untuk didengar dengan versi dan aransemen yang berbeda dari aslinya. Ini adalah akun saya di SoundCloud, semoga bisa dinikmati lebih banyak orang. Wassalam.
Read More >>

Hijab untuk Hatiku


Banyak perempuan beralasan “belum siap” jika ditanya tentang berhijab. Padahal, menurut saya berhijab bukan perkara siap atau tidaknya hati kita tetapi seberapa besar keinginan kita untuk menjadi orang yang lebih baik. Jadi kenapa harus dijadikan beban?
Jujur kisah awal saya mulai berhijab memang bukan semata-mata karena menganggap ini adalah sebuah kewajiban. Semuanya bermula dari perkenalan saya dengan seorang laki-laki dari dunia maya. Dia bukan orang asing, laki-laki itu adalah teman kursus sahabat saya. Semakin lama, semakin dekat, saya semakin merasa ada sesuatu yang lebih dari hati ini untuk dia. Sampai pada suatu hari saya tahu bahwa dia baru saja resmi berpacaran dengan seorang perempuan, teman satu sekolahnya. Tidak heran dia menyukai perempuan itu, wajahnya cantik bersinar dengan hijab menutupi kepalanya, sikapnya baik, ramah, dan santun. Saat itu, hal yang pertama kali saya pikirkan adalah “kalau saya pakai hijab, saya pasti bisa mengalahkannya”, hingga akhirnya saya memutuskan untuk mulai berhijab.
Hari demi hari berjalan hingga akhirnya saya lupa alasan awal saya berhijab. Saya sadar bahwa keputusan saya saat itu bukan kesungguhan dari lubuk hati,  hingga sempat terbesit untuk melepas hijab dan kembali seperti dulu. Namun saya urungkan niat itu karena saya merasakan sendiri seberapa besar hijab ini menuntun saya ke arah yang lebih baik. Sebelumnya, jangankan untuk melaksanakan sholat 5 waktu dan tepat waktu, untuk melaksanakannya sekali waktu pun rasanya berat. Namun sekarang, untuk menundanya saja pasti ada rasa malu dari dalam diri ini dengan Sang Pencipta. Bukan hanya itu, sejak berhijab secara otomatis ucapan mulai terjaga dan terhindar dari kata-kata kasar. Tingkah laku mulai tertata dan selalu berusaha untuk berpikir positif atas semua yang terjadi.
Banyak orang berkata bahwa rambut adalah mahkota wanita, tapi saya percaya sebagai umat muslim bahwa hijab adalah mahkota terindah dari seorang wanita yang tidak hanya membuatnya lebih cantik, tapi juga melindunginya dari segala keburukan. Menurut saya, sebuah kecantikan yang sesungguhnya berasal dari hati yang bersih dan bukan semata-mata karena keindahan fisik. Begitulah kisah saya dalam berhijab, insha Allah berkah. Wassalam.
Read More >>

Keluarga Kecil Pinggir Kota


Assalamualaikum, nama saya Dian Indah Sari, anak satu-satunya dari keluarga kecil ini. Kami tinggal di sebuah rumah sederhana di pinggir kota Jakarta. Bukan tempat yang mewah, namun cukup nyaman untuk ditempati. Tidak ada sopir dan mobil di depan rumah, namun selalu ada seorang ayah dan motor bebeknya yang siap mengantar anak serta istri tersayang kemanapun pergi. Selalu ada seorang ibu yang meski hobi marah-marah, namun tetap menomor satukan keluarga.
            Banyak orang bilang bahwa menjadi anak tunggal itu enak, nyatanya tidak juga. Tidak semua yang saya inginkan pasti terpenuhi, jika memang keadaannya tidak memungkinkan tentu tetap tidak bisa. Tidak jarang pula saya merasa iri dengan mereka yang memiliki kakak atau adik, karena tidak semua keluh dan kesah bisa saya ceritakan dengan orang tua. Terkadang saya juga merasa tidak adil ketika saya harus memulai semuanya sendiri sedangkan teman-teman dengan mudahnya melakukan sesuatu dan berkata “iya gue tahu dari kakak gue”.
Sejak saya berumur satu tahun, Mama sudah kembali aktif bekerja dan memutuskan untuk menitipkan saya pada kakaknya yang biasa dipanggil ibu. Mama dan Papa tidak bekerja seperti orang tua lainnya, mereka hanya seorang koki rumahan Warga Negara Asing. Mereka tahu benar betapa tidak enaknya sebuah pekerjaan tanpa adanya tunjangan apalagi jaminan bagi mereka saat tua nanti. Itulah yang membuat cita-cita mereka begitu sederhana, hanya ingin melihatku bekerja di sebuah kantor dan bisa merasakan sesuatu yang tidak mereka dapatkan saat ini.
Sejak dulu, banyak orang yang memandang rendah keluarga ini. Saat sekolah dasar mereka menganggap bahwa saya tidak pantas atas segala prestasi yang saya terima. Bukan itu saja, tidak jarang pula kami mendapat hinaan dari sekeliling karena pendidikan kedua orang tua saya yang rendah. Namun ada satu hal yang harus mereka tau, orang tua saya jauh lebih hebat dari mereka karena dengan pendidikan yang rendah mereka mampu memberikan fasilitas pendidikan yang bisa dibilang sangat baik bagi anaknya hingga ke perguruan tinggi. Orang tua saya selalu mendidik saya untuk tidak memiliki rasa dendam atas segala hinaan dari siapapun dan menganggap itu semua sebagai alat pengingat dari Tuhan untuk selalu bersyukur dan belajar untuk menghargai usaha serta kehidupan orang lain. Wassalam. 
Read More >>