Kota Purwokerto adalah
ibukota Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia. Jumlah
penduduknya 249.705 jiwa pada tahun 2005. Berbagai julukan di sandang kota di
jalur selatan Jawa Tengah ini dari Kota Wisata, Kota Kripik, Kota
Transit, Kota Pendidikan sampai kota Pensiunan karena begitu banyaknya
pejabat-pejabat negara yang pensiun dan akhirnya menetap di kota ini. Di kota
ini pula terdapat museum Bank Rakyat Indonesia, karena bank pertama kali
berdiri ada disini dan pendiri bank ini adalah R. Wirya Atmadja putra
daerah Purwokerto.
B.
Pemerintahan
Purwokerto
adalah sebuah kota yang tak otonom karena masih menjadi bagian Kabupaten
Banyumas sebagai pusat pemerintahan. Secara administratif, Purwokerto
terbagi menjadi 4 kecamatan dengan 27 kelurahan. Sebenarnya ada wacana
pembentukan Kota Purwokerto terlepas dari Kabupaten Banyumas terus bergulir.
Kalau dilihat dari sejarahnya, Purwokerto asalnya berstatus Kota
Administratif (Kotif), di mana Kotif lainnya di Indonesia sudah menyandang
status Kota dengan otonomi tersendiri. Kalau Purwokerto berhasil menjadi Kota,
minimal ada 4 Kecamatan yang tergabung[2], seperti
yang terlihat di tabel berikut ini;
Kecamatan di Kota Purwokerto'
Nama Kecamatan
|
Ibukota Kecamatan
|
Jumlah Kelurahan
|
Penduduk Tahun 2010
|
Purwokerto Barat
|
Rejasari
|
7
|
49.044
|
Purwokerto Timur
|
Purwokerto Wetan
|
6
|
57.160
|
Purwokerto Utara
|
Bancarkembar
|
7
|
57.178
|
Purwokerto Selatan
|
Karangklesem
|
7
|
70.459
|
C.
Geografi
Purwokerto
terletak di selatan Gunung Slamet, salah satu gunung berapi yang
masih aktif di pulau Jawa, secara geografi Purwokerto terletak di koordinat 7°26′S 109°14′E. Selain menjadi pusat pemerintahan
karena menjadi pusat koordinasi daerah Jawa Tengah bagian
Barat Bakorlin III. berbatasan sokaraja terdapatKali Pelus.
D.
Sejarah
Awal-awal
abad XX. Pada suatu kota. Saat itu, babak baru dalam tata ruang tengah memasuki
kota tersebut. Setiap jalan terlihat lebar. Pepohonan hijau nan rindang
meneduhi para pejalan kaki ketika melintas di area pedestrian. Jalan-jalan
terlihat asri. Sulit untuk membedakan antara jalan utama dengan jalan
penghubung. Di depan gedung karesidenan, terdapat sebuah taman kota. Taman
Merdeka, nama taman itu. Sebuah taman untuk tempat warga kota melepas penat
setelah kesibukan. Kota terasa nyaman bagi warganya. Inilah suasana Kota
Purwokerto dengan perencanaan tata ruang yang baru. Suatu masa ketika Pulau
Jawa mulai berkembang. Saat itu, kota-kota di Pulau Jawatengah mengalami
lonjakan penduduk. Kota-kota meledak. Hampir di setiap kota, pertambahan
penduduk sekitar 10 kali sampai 20 kali lipat. Kota-kota, mengalami masalah
akut tentang tata ruang. Pemerintah kolonial Belanda kelimpungan menghadapi
persoalan itu. Sibuk mencari model pembangunan bagi kota-kota di Jawa.
Saat
kesibukan meliputi Pemerintah Kolonial Belanda, Herman Thomas Kartsen
menjejakkan kaki di Semarang pada 1914. Kota yang juga tengah mengalami
persoalan pertambahan penduduk. Dalam catatan W.F. Wertheim melalui
buku Masyarakat Indonesia dalam Transisi, pertambahan penduduk di kota itu
hampir mencapai seratus persen. Di kota tersebut, Kartsen menemui Henri
Maclaine Pont. Pont adalah teman Kartsen semasa kuliah di Insitut Teknologi
Delf, Amsterdam,Belanda. Di Semarang, Pont mendirikan biro arsistek. Melalui
Pont, Kartsen mendapat banyak informasi tentang keadaan Semarang dan kota
lainnya. Kedatangan Kartsen di Semarang adalah guna merancang Kota Semarang dan
kota-kota di Pulau Jawa.terdapat pabrik gulakalibagor.
E.
Ekonomi
Secara
tradisional, Purwokerto bukan merupakan kota industri maupun perdagangan.
Sampai saat ini, aktivitas industri amat jarang ditemukan di Purwokerto,
padahal Purwokerto merupakan daerah potensial yang sangat strategis untuk
melakukan investasi dalam bidang Industri selain dari lahan yang masih luas,
akses menuju kota-kota besar lainnya yang mudah, juga tenaga kerja profesional
di Purwokerto masih banyak. Kota ini bisa dikatakan tidak memiliki industri
dalam skala besar yang dapat menyerap ribuan tenaga kerja atau mencakup wilayah
puluhan hektar. Jika pun ada industri, itu umumnya industri-industri tradisional
yang hanya mempekerjakan puluhan pekerja (seperti industri rokok rumahan,
industri mie atau soun kering kecil-kecilan, pabrik pengolah susu skala kecil,
industri peralatan dari logam yang tidak seberapa, serta industri makanan
oleh-oleh yang hanya ramai pada musim Lebaran). Sektor perdagangan pun setali
tiga uang. Di kota ini tidak ditemukan aktivitas perdagangan dalam skala besar.
Kota ini tidak memiliki pelabuhan atau fasilitas bongkar-muat barang dalam
skala yang secara ekonomi signifikan. Juga tidak terdapat areal pergudangan
yang dapat menyimpan komoditas dalam jumlah ribuan kubik. Pendek kata, kota ini
sama sekali bukan kota industri dan perdagangan.
Sampai
dengan awal dekade 2000-an, kota ini lebih cocok disebut sebagai kota pegawai
dan anak sekolah. Mata pencaharian penduduk yang bisa diandalkan untuk hidup
cukup adalah dengan menjadi pegawai negeri maupun BUMN. Akhirnya, kota ini
secara ekonomi saat itu tidak terlalu berkembang.
Perubahan
secara cukup signifikan terjadi mulai tahun-tahun 2000-an, yakni saat kota ini
mulai dibanjiri mahasiswa-mahasiswa dari berbagai kota di pulau Jawa untuk
menuntut ilmu di perguruan tinggi di sini (terutama di Universitas
Jenderal Soedirman dan diUniversitas Muhammadiyah Purwokerto UMP).
Sejak saat itu, aktivitas ekonomi rakyat yang berkenaan dengan kebutuhan
mahasiswa pun menggeliat. Ribuan kamar kos dibangun untuk disewakan kepada para
mahasiswa pendatang. Ratusan tempat makan didirikan untuk melayani kebutuhan
lambung para mahasasiswa yang menjalani siklus lapar setiap 6 jam. Kios-kios
alat tulis bermunculan. Warnet tumbuh bagai cendawan di musim semi. Bahkan,
jasa pencucian baju (laundry) pun bermunculan guna memenuhi kebutuhan
pembersihan pakaian para mahasiswa yang memiliki sedikit waktu untuk mencuci
sendiri. Kondisi ini membuat perekonomian kota Purwokerto tumbuh cukup
signifikan sebagai kota jasa.
Di Akhir
tahun 2011, telah berdiri Hotel bintang 5 Aston dengan 12 Lantai. Pada
pertengahan tahun 2012, telah tampak perubahan yang cukup signifikan dalam
bidang perdagangan. Bisa dilihat dari dibangunnya Rita Supermall dengan 16
lantai dan 2 basement tepat di selatan alun-alun Purwokerto. Dan juga pemekaran
Moro menjadi Mega Mall dengan tiga tower.
F.
Bahasa dan Budaya
Ø
Bahasa yang
digunakan adalah bahasa Jawa dengan dialek Banyumasan atau lebih
familiar dengan istilah Ngapak. Bahasa ini merupakan bahasa kebanggaan
yang patut untuk dilestarikan dan dihargai. Dialek dan budaya masyarakatnya pun
turut memperkaya keanekaragaman Indonesia.
Ø Kebudayaan:
1.
Kenthongan atau Musik Thek-thek
Adalah seni
musik yang dimainkan dengan alat musik bambu yang dimainkan oleh 20-40 orang.
2.
Kebudayaan Begalan
Adalah
kebudayaan asli Banyumas. Istilah begalan berasal dari kata begal, artinya
sama dengan perampok. Istilah begalan di sini sebagai syarat atau krenah/
pengruwat guna menghindari segala kekuatan-kekuatan gaib yang mengancam
keselamatan kedua mempelai. Seni begalan dipertunjukkan apabila seseorang
mempunyai hajat mengawinkan anak sulung dengan anak sulung, anak bungsu dengan
anak sulung atau anak bungsu dengan anak bungsu. Hal semacam itu merupakan
suatu pantangan, apabila perkawinan seperti itu terjadi, perlu diadakan
begalan. Seni begalan ini biasanya dilakukan pada sore hari, kurang lebih pukul
empat sore. Pada umumnya orang Jawa tidak lepas dari perhitungan-perhitungan
menurut cara kejawen atau kepercayaan naluri. Segala sesuatu diperhitungkan
dengan teliti, baik waktu, hari, bulan sampai tahun.
3.
Laisan
Laisan adalah jenis kesenian yang melekat pada kesenian ebeg. Laisan
dilakukan oleh seorang pemain pria yang sedang mendem, badannya ditindih dengan
lesung terus dimasukkan ke dalam kurungan, biasanya kurungan ayam, di dalam
kurungan itulah Laisan berdandan seperti wanita. Setelah terlebih dulu
dimantra-mantara, kurunganpun dibuka, dan munculah pria tersebut dengan
mengenakan pakaian wanita lengkap. Laisan muncul di tengah pertunjukan ebeg.
Pada pertunjukan ebeg komersial, salah seorang pemain biasanya melakukan
thole-thole yaitu menari berkeliling arena sambil membawa tampah untuk
mendapatkan sumbangan. Laisan juga dikenal di wilayah lain (wetan) dan mereka
biasa menyebutnya Sintren.
4.
Lengger/Calung
Kesenian tradisional lengger-calung tumbuh dan
berkembang di wilayah ini. Sesuai namanya, tarian lengger-calung terdiri dari
lengger (penari) dan calung (gamelan bambu), gerakan tariannya sangat dinamis
dan lincah mengikuti irama calung. Di antara gerakan khas tarian lengger antara
lain gerakan geyol, gedheg dan lempar sampur.
Dulu penari lengger adalah pria yang berdandan
seperti wanita, kini penarinya umumnya wanita cantik sedangkan penari prianya
hanyalah sebagai badut pelengkap yang berfungsi untuk memeriahkan suasana,
badut biasanya hadir pada pertengahan pertunjukan. Jumlah penari lengger antara
2 sampai 4 orang, mereka harus berdandan sedemikian rupa sehingga kelihatan sangat
menarik, rambut kepala disanggul, leher sampai dada bagian atas biasanya
terbuka, sampur atau selendang biasanya dikalungkan dibahu, mengenakan
kain/jarit dan stagen. Lengger menari mengikuti irama khas Banyumasan yang lincah dan
dinamis dengan didominasi oleh gerakan pinggul sehingga terlihat sangat
menggemaskan. Peralatan gamelan calung terdiri dari gambang barung, gambang
penerus, dhendhem, kenong dan gong yang semuanya terbuat dari bambu wulung
(hitam), sedangkan kendang atau gendang sama seperti gendang biasa. Dalam
penyajiannya calung diiringi vokalis yang lebih dikenal sebagai sinden. Satu
grup calung minimal memerlukan 7 orang anggota terdiri dari penabuh gamelan dan
penari/lengger.
5.
Angguk
Adalah Tarian jenis ini sudah ada sejak abad
ke 17 dibawa para mubalig penyebar agama Islam yang datang dari wilayah
Mataram-Bagelen. Tarian ini disebut angguk karena penarinya sering memainkan
gerakan mengangguk-anggukan kepala. Kesenian angguk yang bercorak Islam ini
mulanya berfungsi sebagai salah satu alat untuk menyiarkan agama Islam.
Sayangnya jenis kesenian ini sekarang semakin jarang dipentaskan. Angguk
dimainkan sedikitnya oleh 10 orang penari anak laki-laki berusia sekitar 12
tahun. Pakaian para penari umumnya berwarna hitam lengan panjang dengan
garis-garis merah dan kuning di bagian dada/punggung sebagai hiasan. Celana
panjang sampai lutut dengan hiasan garis merah pula, mengenakan kaos kaki
panjang sebatas lutut tanpa sepatu, serta memakai topi pet berwarna hitam.
Perangkat musiknya terdiri dari kendang, bedug, tambur, kencreng, 2 rebana,
terbang (rebana besar) dan angklung. Syair lagu-lagu Tari
Angguk diambil dari kitab Barzanji sehingga syair-syair
angguk pada awalnya memang menggunakan bahasa Arab tetapi akhir-akhir ini gerak
tari dan syairnya mulai dimodifikasi dengan menyisipkan gerak tari serta bahasa
khas Banyumasan tanpa merobah corak aslinya. Bentuk lain dari kesenian angguk
adalah “aplang”, bedanya bila angguk dimainkan oleh remaja pria maka “aplang”
atau “daeng” dimainkan oleh remaja putri.
6.
Wayang Kulit Gagrag Banyumas
Sebagaimana masyarakat Jawa pada umumnya,
masyarakat Banyumasan juga gemar menonton pertunjukan wayang kulit. Pertunjukan
wayang kulit di wilayah Banyumas lebih cenderung mengikuti pedalangan “gagrag”
atau gaya pedalangan khas Banyumasan. Seni pedalangan gagrag Banyumasan
sebenarnya mirip gaya Yogya-Solo bercampur Kedu baik dalam hal cerita, suluk
maupun sabetannya, bahasa yang dipergunakanpun tetap mengikuti bahasa
pedalangan layaknya, hanya bahasa para punakawan diucapkan dengan bahasa
Banyumasan. Nama-nama tokoh wayang umumnya sama, hanya beberapa nama tokoh yang
berbeda seperti Bagong (Solo) menjadi Bawor atau Carub. Menurut model
Yogya-Solo, Bagong merupakan putra bungsu Ki Semar, dalam versi Banyumas
menjadi anak tertua. Tokoh Bawor adalah maskotnya masyarakat Banyumas.
Ciri utama dari wayang kulit gagrag Banyumasan
adalah napas kerakyatannya yang begitu kental dan Ki Dalang memang berupaya
menampilkan realitas dinamika kehidupan yang ada di masyarakat. Tokoh
pedalangan untuk Wayang Kulit Gagrag Banyumasan yang terkenal saat ini antara lain Ki Sugito Purbacarito,
Ki Sugino Siswacarito, Ki Suwarjono dan lain-lain.
7.
Gending Banyumasan
Gending khas lagu-lagu
Banyumasan sangat mewarnai berbagai kesenian tradisional Banyumasan, bahkan
dapat dikatakan menjadi ciri khasnya, apalagi dengan berbagai hasil kreasi
barunya yang mampu menampilkan irama Banyumasan serta dialek Banyumasan.
Ciri-ciri khas lainnya antara lain mengandung parikan yaitu semacam pantun
berisi sindiran jenaka, iramanya yang lebih dinamis dibanding irama Yogya-Solo
bahkan lebih mendekati irama Sunda. Isi-isi syairnya umumnya mengandung
nasihat, humor, menggambarkan keadaan daerah Banyumas serta berisi
kritik-kritik sosial kemasyarakatan. Lagu-lagu gending Banyumasan dapat
dimainkan dengan gamelan biasa maupun gamelan calung bambu. Seperti irama
gending Jawa pada umumnya, irama gending Banyumasan mengenal juga laras slendro
dan pelog.
8.
Rengkong
Rengkong adalah kesenian yang menyajikan bunyi-bunyian khas bagai suara
kodok mengorek secara serempak yang dihasilkan dari permainan pikulan bambu.
Pikulan bambu tersebut berukuran besar dan kuat tetapi ringan karena dibuat
dari bambu yang sudah cukup tua, biasanya menggunakan bambu tali dengan panjang
sekitar 2,6 meter. Pada kedua ujung bambu dibuat lobang persegi panjang selebar
1 cm, sekeliling bambu melintasi lobang tersebut diraut sekedar tempat
bertengger tali penggantung ikatan padi. Dua ikat padi seberat ± 15 kg
digayutkan dengan tali ijuk mengalungi sonari (badan rengkong bambu di tempat
yang diraut). Di tengah masing-masing ikatan padi ada sunduk (tusuk) bambu
sepanjang hampir 2 meter. Ujung atas sunduk bambu dimasukkan ke badan bambu
rengkong dekat gantungan tali ijuk. Cara memainkannya, pikulan bambu rengkong
yang berisi muatan padi diletakkan pada bahu kanan (dipikul). Pemikul
mengayun-ayunkan ke kiri dan ke kanan dengan mantap dan teratur. Tali ijuk
dengan beban padi yang menggantung pada badan bambu rengkong pun
bergerak-gerak, gesekan tali ijuk yang keras inilah yang menimbulkan suara
berderit-derit nyaring. Kalau ada beberapa rengkong yang dimainkan serempak
maka akan timbul suara yang mengasyikan, khas alam petani, terlebih bila
dimainkan dengan berbaris berarak-arakan maka suasananya akan lebih semarak.
Kesenian tradisional para petani ini biasanya diadakan pada pesta perayaan
panen atau pada hari-hari besar nasional.
9.
Ronggeng
Ronggeng
adalah salah satu jenis tari rakyat pengaruh Sunda yang dilakukan oleh penari
wanita. Ini mirip dengan yang dijumpai pada ronggeng. Ronggeng lebih kental
warna lokal Banyumas. Ronggeng sekarang lebih dikenal dengan istilah lengger
bagi masyarakat banyumas masih berkembang pesat di hampir seluruh wilayah
kultur Banyumas.
10.
Bongkel
Bongkel
adalah musik tradisional Banyumasan yang mirip dengan angklung, hanya terdiri
dari satu jenis instrumen dengan empat bilah berlaras slendro. Nada-nadanya 2
(ro), 3 (lu), 5 (mo), 6 (nem).
11.
Buncis
Buncis adalah perpaduan antara seni musik dengan seni tari yang
dimainkan oleh 8 orang pemain. Dalam pertunjukannya diiringi dengan perangkat
musik angklung. Para pemain buncis selain menjadi penari juga menjadi pemusik
serta vokalis.
12.
Aksimuda
Aksimuda adalah kesenian bernapas Islam yang disajikan dalam bentuk
atraksi pencak silat yang digabung dengan tari-tarian.
13.
Salwatan Jawa
Salawatan Jawa adalah salah satu seni musik bernapaskan Islam dengan
perangkat musik berupa trebang jawa. Dalam pertunjukannya kesenian ini
menyajikan lagu-lagu yang diambil dari kitab Barzanzi.
14.
Cowongan/Nini Cowong
Cowongan adalah upacara “meminta hujan”. Upacara ini dilakukan bila
hujan tidak turun dalam waktu yang sudah cukup lama. Wujud Nini Cowong seperti
jaelangkung.
15.
Ujungan
Ujungan adalah jenis kesenian yang agak mengerikan karena pemainnya
saling sabet-sabetan dengan menggunakan penjalin.
G.
Pariwisata
Purwokerto
memiliki beberapa tempat wisata alam andalan yang berskala nasional, berupa
gua, air terjun dan wana wisata. Wisata alam di Purwokerto antara
lain :
1.
Baturaden
Baturraden berasal dari dua kata yaitu ‘Batur’ yang dalam bahasa Jawa
berarti Pembantu, Teman, atau Bukit dan ‘Raden’ yang dalam bahasa juga berarti
Bangsawan. Dilihat dari susunan kata-katanya, maka nama Baturraden terdiri dari
kata :
a.
Batur – Radin, yang artinya tanah datar
b. Batur – Adi, yang
artinya tanah yang indah
Dua macam nama tersebut
bukan sesuatu nama yang berdiri sendiri tanpa ada kaitannya dengan wilayah lain
sepanjang lereng Gunung Slamet dari arah barat ke timur sampai Dieng plateau
(dataran tinggi Dieng). Disekitar Baturraden juga terdapat beberapa nama
diawali dengan kata ‘Batur’, seperti; Batur Agung, Batur Golek, Batur Semende,
Batur Sengkala, Batur Macan, Batur Duwur, Batur Wadas Galengan dan Batur
Begalan.
Pada Ratusan tahun silam konon terdapat sebuah Kadipaten ‘KUTALIMAN’
yang terletak 10 km disebelah Barat Baturraden. Adipatinya mempunyai beberapa
anak perempuan dan seorang ‘gamel’ (pembantu yang menjaga kuda). Salah satu
anak perempuannya jatuh cinta dengan gamel. Cinta mereka dilakukan secara
sembunyi-sembuyi. Sesudah mendengar berita, bahwa anak perempuannya jatuh cinta
dengan pembantunya, sang Adipati marah dan mengusir gamel dan anak perempuannya
dari rumah. Diperjalanan dia melahirkan bayi didekat sungai, kemudian mereka
menamakannya sungai ‘Kaliputra’. (Kali berarti Sungai dan Putra berarti anak
laki-laki). Letaknya kira-kira tiga kilometer sebelah utara Kutaliman. Akhirnya
mereka menemukan tempat yang indah dan memutuskan untuk tinggal di tempat yang
sekarang dikenal dengan nama ‘Baturraden’. Berdasarkan versi pertama tersebut
nama Baturaden seharusnya ditulis dengan dua ‘R’ karena versi tersebut berasal
dari kata ‘Batur’ dan ‘Raden’ menjadi ‘BATURRADEN’. Berbagai jenis wisata yang bisa dinikmati disini, yakni:
a. Pancuran 3 (Telu)
Di pancuran ini mengalir air panas yang mengandung belerang.
Selain untuk merasakan kehangatan, wisatawan berkunjung ke sana juga untuk
menikmati khasiat belerang untuk mengatasi berbagai penyakit kulit dan tulang.
b. Pancuran 7 (Pitu)
Terletak 2,5 km dari lokawisata Baturaden. Tempat rekreasi
ini menyuguhkan keindahan alam dan hutan yang didukung dengan adanya Pancuran 7
sebagai tempat wisata husada.
c. Goa Saribadak
Beranjak dari pancuran 7 menelusuri jalan setapak, wisatawan
dapat menikmati kesegaran air hangat dan dingin di Goa Saribadak, dengan bebatuan warna keemasan yang
menajubkan.
d. Telaga Sunyi
Telaga Sunyi terletak +/- 3 km di sebelah timur lokawisata
Baturaden. Tempat rekreasi ini menyajikan telaga yang indah dan berair dingin.
Selain itu, pada musim-musim tertentu dapat dijumpai aneka warna kupu-kupu dan
capung yang beterbangan di sekitar telaga.
e. Curug Cipendok
Objek wisata alam ini berupa air terjun dengan ketinggian 92
m yang dikelilingi pemandangan alam dan hutan yang indah.
f. Curug Ceheng
Objek wisata ini menampilkan keindahan air terjun yang
diselingi dengan maraknya satwa lawa (kelelawar) yang beterbangan.
g. Pemandian Kali Bacin
Objek wisata ini merupakan peninggalan sejarah zaman Belanda,
terbukti dengan prasastinya. Dikenal dengan nama Wisata Husada, karena
wisatawan di samping dapat menikmati keindahan alamnya sekaligus dapat
menyembuhkan penyakit kulit dan tulang.
2.
Museum BRI
Adalah
satu-satunya museum perbangkan di Indonesia yang berasa di Purwokerto Bangk
Rakyat Indonesia untuk pertama kalo didirikan oleh Raden Aria Wirjaatmadja pada
tahun 1895 dengan nama “De Purwokertche
Hulp en Spaarbank der Inlandche Besruurs Ambtenaren”.
3.
Masjid Saka
Tunggal
Terletak di desa Cikakak kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas,
provinsi Jawa
Tengah. Masjid ini dibangun pada tahun1288 seperti yang tertulis pada Saka Guru (Tiang Utama) masjid
ini. Namun, tahun pembuatan masjid ini lebih jelas tertulis pada kitab-kitab
yang ditinggalkan pendiri masjid ini, yaitu Kyai Mustolih. Tetapi kitab-kitab
tersebut telah hilang bertahun-tahun yang lalu.
Setiap tanggal 27 Rajab di masjid ini
diadakan pergantian Jaro dan pembersihan makam Kyai Mustolih. Masjid yang
berjarak ± 30 km dari kota Purwokerto ini, disebut Saka Tunggal karena tiang
penyangga bangunan masjid ini, dulunya hanya satu tiang (tunggal).
4.
Bendung Gerak Serayu
Adalah bendungan dengan memanfaatkan debit air sungai Serayu yang
melintasi wilayah kabupaten
Banyumas dan kabupaten Cilacap untuk
pengairan sawah beririgasi
di wilayah kedua kabupaten tersebut.
Pembangunannya dimulai pada tahun 1993 dan diresmikan
bulan November1996 yang telah
mengalirkan air bagi sawah-sawah di Banyumas dan Cilacap, bahkan sebagian
wilayah Kebumen. Total daerah cakupan pengairannya kurang-lebih 21.000 ha ( 210
km²). Di tempat itu juga di manfaatkan untuk budidaya perikanan air tawar oleh masyarakat sekitar.
H.
Kuliner
Makanan khas dari kota ini adalah:
1. Mendhoan
Makanan yang terbuat dari tempe yang tipis/diiris tipis
kemudian digoreng dengan tepung yang diberi bumbu dan digoreng setengah matang.
2. Kripik Tempe
Prosesnya
seperti mendhoan tetapi digoreng sampai kering. Kota Kripik merupakan salah
satu julukan dari kota Purwokerto.
3. Sroto
Daerah lain
menyebutnya Soto.
4. Gethuk Goreng
Sentra
pembuatannya adalah Kec.Sokaraja, sebuah kota kecamatan di pinggir kota
Purwokerto.
5. Keong Kuah Pedas
Dengan bahan
utama keong sawah yang dimasak berkuah dengan bumbu-bumbu kuat yang memberi
nuansa pedas dan segar hingga ke tenggorokan.
6. Dage
Kudapan mirip
kue yang berbahan dasar ampas kacang yang digumpalkan dan dijamurkan. Biasa
disajikan berupa goreng tepung berbumbu dan disantap dengan cabe rawit atau
"lombok cengis".
7. Semayi
Lauk dari
ampas kelapa yang dibumbui dan dipanggang di atas api kecil. Makanan yang
menjadi simbol hidup melarat ini kini sudah amat-sangat susah ditemukan.
8. Tegean
Adalah
sebutan khas Banyumas untuk sup sayur berkuah bening yang tampak sangat
sederhana namun sangat menyegarkan. Sayur-mayur berupa bayam, kecambah kedelai
hitam, daun katuk, dan kedelai hitam butiran lazim menjadi unsur utama masakan
ini. Untuk bumbunya, selain bahan-bahan yang lazim seperti bawang merah dan
bawang putih, tegean juga bercirikan dengan "geprekan" kencur yang
sangat menyegarkan.
9. Empal basah
Berupa
masakan berbahan dasar daging dan tetelan sapi yang dimasak dengan kuah santan
yang kental. Kekhasan empal basah Banyumasan adalah adanya sensasi gatal dan
geli yang ditimbulkan oleh campuran srundeng di dalam kuah kental tersebut.
Empal basah sangat cocok dimakan dengan ketupat berkulit janur (jangan ketupat
berkulit plastik).
10. Themlek
Kudapan
ringan dari ampas tahu berbumbu yang digoreng dengan adonan tepung. Makanan
yang akan meninggalkan rasa seret di tenggorokan ini sudah semakin jarang
ditemui.
11. Nopia
Makanan khas Banyumas yang terbuat dari terigu, gula jawa, dan
beberapa rempah-rempah.
12.
Beberapa jenis makanan tradisional yang dikenal yakni:
ranjem, mi thayel, timus, klanthing, sempora (awug-awug), utri, puli
(ciwel), ongol-ongol, gebral, kluban, grontol, mireng, kamir, moho,
golang-galing, lopis, ondol-ondol, widaran, angleng klapa, angleng kacang,
rujak mentah, rujak mateng, ampyang, grebi, dampleng (mirip combro).
I.
Transportasi
1. Kereta Api
(Kereta Api merupakan salah
satu alternatif menuju Kota Purwokerto)
Untuk menuju
kota Purwokerto dari kota-kota di Pulau Jawa sarana transportasi favorit saat
ini adalah dengan menggunakan Jalur Kereta api dari kelas ekonomi sampai
eksekutif semuanya singgah di stasiun besar Purwokerto, dan Stasiun Purwokerto
sendiri merupakan besar yang merupakan bagian dari PT. KAI (Persero) yakni
Purwokerto termasuk Daerah Operasional (DAOP) V.
2. Bus Antar Kota
(Terminal Bus Purwokerto,
merupakan terminal Type A terbesar di Jawa Tengah)
Sarana
transportasi bus juga tersedia dari dan ke kota-kota besar di Pulau Jawa dan
Sumatera, dengan berbagai kelas dari mulai ekonomi, bisnis, eksekutif, hingga
super eksekutif.
3.
Angkutan Antar Jemput
Selain
kereta api dan bus tersedia juga layanan antar jemput atau lebih dikenal dengan
istilah travel, puluhan perusahaan travel di Purwokerto sendiri
sangat banyak pilihan dan sangat bervariasi dan siap mengantar anda dari dan
menuju kota-kota besar di Pulau Jawa dan sekitarnya.bahkan ada salah satu
perusahaan travel yang akan memperluas trayek nya hingga sumatra dan bali tapi
masih dalam proses mungkin akan di adakan dalam tempo yang tidak begitu panjang
4. Angkutan Dalam Kota
Untuk
angkutan dalam kota tersedia transportasi taksi dengan berbagai kelas dan
dengan harga yang sangat kompetitif yang tersedia 24 jam dan angkutan kota
(angkot) yang tersedia dari pagi hingga sore hari, satu lagi yang unik di
Purwokerto ada layanan taksi motor sejenis taksi pada umumnya akan tetapi
menggunakan sepeda motor atau yang lebih di kenal dengan sebutan
"OJEK".
5. Becak
Becak dapat
dengan mudah ditemui hampir di semua sudut kota Purwokerto. Kendaraan ini masih
menjadi pilihan alternatif bagi masyarakat Purwokerto karena harganya yang
relatif terjangkau.
6. Dokar
Dokar adalah
kendaraan yang dijalankan dengan tenaga kuda. Saat ini kendaraan tersebut
tidak lagi digunakan sebagai sarana transportasi utama. Dokar lebih sering
digunakan untuk keperluan rekreasi. Anda akan menjumpainya di sekitar kawasan
GOR SATRIA, Taman SATRIA, dan Alun-alun kota pada hari-hari tertentu seperti
hari minggu atau pada perayaan tertentu.
7. Taksi
Kini di
Purwokerto juga sudah ada transpotasi Taksi yang beroperasi 24 jam, seperti
Kobata Taxi dan Satria Taxi.
J.
Media Lokal
1. Televisi
Purwokerto
memiliki Stasiun televisi lokal Banyumas Televisi, waktu on air adalah
12.00 sampai 23.00. Acaranya lebih banyak produksi sendiri dan hasil karya
rumah produksi lokal dengan muatan gaya banyumasan yang kental, pada jam-jam
tertentu juga merelay stasiun televisi Global TV atau MetroTV.
2. Surat kabar
Surat kabar
yang beredar di Purwokerto antara lain :
1.
Radar Banyumas adalah surat kabar yang terbit di
Banyumas, dan masih satu grup dengan Jawa Pos Surabaya.
2.
mBanyumasi adalah koran rakyat yang dikelola oleh
pengusaha lokal sejak Mei 2006 di Purwokerto.
3.
Ancas, Majalah berita populer berbahasa Jawa
dialek Banyumasan yang didirikan oleh Ahmad Tohari pada 6
April 2010.
3. Radio
Stasiun
Radio yang ada di Purwokerto diantaranya adalah RRI, Mitra FM, Metro FM, Paduka
FM, Dian Swara FM, Yasika FM, POP FM, Sumasli FM, Suara Purwwokerto FM, Raden
Mas FM, Prima FM dan SBC Sokaraja.
K.
Musik
Di bidang
musik, Purwokerto telah menyumbang beberapa warganya di pentas nasional, antara
lain Titik Sandora yang cukup terkenal pada tahun 70-an. Juga
penyanyi Mayang Sari yang terkenal kontroversial. Lalu muncul Eric
yang menyanyi bersama Melly Goeslaw untuk film AADC. Bukan cuma musik popular,
di musik independen (Indie) Purwokerto juga terbilang cukup
berkembang, Tunas Bangsa Simphony salah satu band independen yang
merambah ke Nasional. Selain itu baru-baru ini juga
band Supernova juga tengah naik daun dan sedang merambah ke industri
musik nasional. Supernova merupakan satu-satunya band Purwokerto,
sampai saat ini, yang berhasil meraih penghargaan Double Platinum RBT Awards
untuk aktifasi RBT lebih dr 2juta download. dan yang terbaru adalah Hyndia band
dan Ilona band lagu supernova sayang mulai melejit di radio radio di purwokerto.
L.
Tokoh Terkenal yang Berkaitan dengan Purwokerto
1.
Jenderal Gatot Subroto, wakil kepala staf Angkatan
Darat dan penggagas AKABRI (Akademi Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia)
2.
Ahmad Tohari, sastrawan yang dikenal melalui
trilogi Ronggeng Dukuh Paruk dan telah memperoleh penghargaan dari
dalam dan luar negeri.
3.
S. Bagio, pelawak yang terkenal pada tahun '80an,
membintangi berbagai judul film dan sering tampil dalam acara lawak
di TVRI.
4.
Sugino Siswocarito, dalang Banyumasan.
5.
Sugito Purbocarito, dalang Banyumasan.
6.
Surya Esa,Teatrawan.
7.
Pangky Suwito, artis film.
8.
Bambang Set, sastrawan.
9.
Dharmadi, sastrawan.
10. Darto Helm,
pelawak yang terkenal pada era '80an bersama dengan S. Bagyo
11. Soesilo
Sudarman, mantan menteri di era Orde Baru.
12. Achmad
Mubarok MA, Dr.H., Politikus Partai Demokrat .
13. Soeparjo
Roestam, mantan menteri di era Orde Baru
14. Purnomo, pelari tercepat
di Asia pada tahun 80-an
15. M. Koderi,
budayawan penulis buku-buku tentang Banyumasan
16. Jend. Surono
Reksodimedjo, mantan Menko Polkam
17. Slamet
Effendi Yusuf, Politikus Partai Golkar
18. Sutedja,
komponis, seniman
19. Margono
Sukarjo, Prof. Ahli Bedah Pertama Indonesia
20. Raden Mas
Margono Djojohadikusumo, Pendiri BNI 1946
21. Christian
Hadinata, pemain bulu tangkis
22. Henri
Adolphe van de Velde, politikus Belanda
23. Dolf
Nijhoff, pejuang Belanda di masa PD II
24. Sri Anggono
Widagdo, Mahasiswa Pelestari Aksara Jawa.
25. Imam B.
Prasodjo, sosiolog.
Source:
- http://id.wikipedia.org/wiki/Purwokerto
- http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_tradisional_Banyumasan
- http://panginyongan.blogspot.com/2008/12/seri-kesenian-lokal-banyumas-ronggeng.html
- http://id.wikipedia.org/wiki/Bendung_Gerak_Serayu_Gambarsari
- http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Saka_Tunggal
- http://ahfan21.blogspot.com/2009/07/objek-wisata-di-purwokerto.html
- http://mgmpipsbanyumas.net46.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=43