Banjir Tanggung Jawab Bersama



Belum memasuki puncak musim hujan, Jakarta yang baru diguyur hujan terus menerus selama beberapa hari langsung berstatus siaga darurat banjir. Padahal menurut Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik BMKG,  secara klimatologi puncak musim penghujan ekstrem terjadi di akhir Januari hingga awal Februari. Hujan dengan intensitas dan curah hujan tertinggi yang diprediksi terjadi pada awal Februari mendatang kemungkinan akan menjadi puncak banjir tahun ini.
            Hujan yang terus-menerus dengan kelebatan tinggi akan menyebabkan beberapa kawasan dengan cekungan yang biasanya menjadi langganan banjir semakin tergenang. BMKG juga memprediksi, akan ada banjir rob yang terjadi menjelang akhir Januari nanti.
            Berdasarkan data Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (Depkimpraswil) mencatat setidaknya ada 16 titik rawan banjir di Jakarta. Ini karena, setidaknya terdapat 13 sungai yang mengalir di wilayah DKI Jakarta, ditambah buruknya sistem drainnase serta adanya penumpukan sampah. Enam belas titik rawan banjir yang harus selalu diwaspadai masyarakat Jakarta yaitu:
1.      Grogol,
2.      Tomang,
3.      Daan Mogot,
4.      Taman Ratu,
5.      Green Garden,
6.      Pluit,
7.      Kawasan Industri Jembatan Bandengan,
8.      Ancol,
9.      sekitar Monas,
10.  Jalan Suprapto,
11.  Pulomas,
12.  Kelapa Gading,
13.  Sunter,
14.  Jalan Yos Sudarso,
15.  Plumpang Raya,
16.  dan daerah Cilincing.

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang ditemui saat blusukan di daerah TB Simatupang, Jakarta Selatan, menunjukkan penyebab mengapa genangan yang berujung pada banjir masih terjadi ketika hujan melanda. Ada tiga penyebab yang diketahui, yaitu.
1.      Karena tidak sterilnya penghubung antara jalan dan saluran air dari sampah.
2.      Terdapat beragam kabel yang melintang di penghubung antara jalan dan saluran tersebut. Akibatnya, sampah pun tersangkut di kabel sehingga menyebabkan tersendatnya air. 
3.      Tidak ratanya lebar saluran air tepi jalan. Ada ruas saluran yang memiliki lebar dua meter, tetapi di ruas selanjutnya menyempit hingga mencapai satu meter saja. Tentu, kondisi tersebut menyebabkan arus air menjadi menumpuk serta menimbulkan genangan air dengan intensitas yang cukup besar. 

Untuk mengatasi masalah ini pun sang gubernur telah melakukan koordinasi serta meminta instansi pemilik kabel untuk menertibkan kabelnya sesuai dengan peraturan terkait permasalahan ini. Pemprov DKI pun akan membuat ducting untuk menampung kabel-kabel agar tidak mengganggu jalannya arus air pada saluran. Sedangkan soal keberadaan sampah, Pemprov DKI masih tidak bisa berbuat apa-apa jika tidak ada peran serta dari masyarakat untuk bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan.

Sementara itu secara umum ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan banjir di Jakarta yang harus diketahui demi kewaspadaan bersama.
1.      Resapan air yg minim, hingga 2011 wilayah hijau hanya 13,94 % atau 96.6 km2 dari luas Jakarta 661.52 km2. pembangunan yang amat sangat tidak berimbang di Jakarta menghabiskan wilayah ideal untuk ruang hijau dan resapan air.
2.      Sistem drainase yang buruk dan lokasi tampungan air yang minim, dari 266 sungai dan situ kini tinggal 33 saja, sehingga volume air tinggi mengalir kemana saja tidak terkendali.
3.      Iklim dan curah hujan yang tinggi, terus menerus dan unpredictable, sehingga volume air semakin banyak, sementara lokasi tampungan minim.
4.      Penurunan DAS Ciliwung dan beberapa sungai lainnya antara lain Kali Angke, Pesanggrahan, Cipinang dan Sunter.
5.      Pembangunan Rumah pinggir kali yang menyebabkan kerusakan sungai dan pengurangan DAS.
6.      Sampah yang semakin menumpuk dan belum teratasi, ini juga karena tabiat masyarakat yang sangat minim kesadarannya.
7.      Pembangunan Villa di daerah resapan air di Bogor semakin mengurangi daya resap tanah di Bogor.
8.      Volume air kiriman dari bogor yang belum tertanggulangi, menambah debit air banjir.
9.      Siklus air pasang laut jawa, yang menahan aliran sungai/ air banjir.

Banjir memang masih menjadi salah satu masalah besar yang belum dapat belum dituntaskan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Selain itu kebiasaan masyarakat Jakarta yang masih sering mengabaikan kebersihan lingkungan merupakan bibit dari banjir itu sendiri. Nah untuk mencegah banjir, marilah kita mulai membiasakan diri untuk menjaga lingkungan. Berikut ini adalah cara efektif yang dapat dilakukan masyarakat maupun pemerintah untuk mencegah terjadinya banjir.

Mendirikan Bangunan atau Konstruksi
- Kanal air, yang merupakan sungai buatan untuk mengalirkan air sungai sehingga air sampai ke laut.
- Bendungan, yang memiliki bentuk seperti kolam air raksasa. Fungsinya untuk tempat menampung air dengan ukuran yang sangat besar. Selain itu, bendungan dapat difungsikan untuk pengairan, tempat pemancingan, atau tempat untuk pembangkit tenaga listrik.
- Tanggul, yang merupakan bangunan yang berbentuk tembok yang memagari pinggiran sungai. Bangunan ini dibuat untuk mencegah air meluap ke daerah-daerah yang berada di sekitar sungai.

Menjaga Kelestarian Alam
Salah satu penyebab banjir adalah kelestarian alam yang sudah rusak seperti penebangan pohon dimana-mana. Untuk itu, menjaga kelestarian lingkungan adalah hal yang wajib kita lakukan.
Sungai merupakan salah satu sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan hidup sehari-hari sudah selayaknya dilakukan berbagai upaya untuk menjaga kelestarian dan kealamiannya. Berikut upaya yang bisa kita lakukan untuk melestarikan sungai.
- Melestarikan hutan di hulu sungai. Agar tidak menimbulkan erosi tanah di sekitar hulu sungai sebaiknya pohon-pohon atau pepohonan tidak digunduli atau ditebang atau merubahnya menjadi areal pemukiman penduduk. Dengan adanya erosi otomatis akan mambawa tanah, pasir, dan sebagainya ke aliran sungai dari hulu ke hilir yang sehingga menyebabkan pendangkalan sungai.
- Tidak membuang sampah ke sungai. Sampah yang dibuang secara sembarangan ke kali akan menyebabkan aliran air menjadi mampet. Selain itu sampah juga menyebabkan sungai cepat dangkal dan akhirnya memicu terjadinya banjir di musim penghujan. Sampah juga membuat sungai tampak kotor, tidak terawat, terkontaminasi, dan lain sebagainya.
- Tidak membuang limbah rumah tangga dan industri di sungai. Tempat yang paling mudah untuk membuang limbah industri yang berupa limbah cair adalah dengan membuangnya ke sungai. Limbah yang dibuang secara asal-asalan tentu saja bisa menimbulkan berbagai gangguan masyarakat mulai dari bau yang tidak sedap, pencemaran terhadap air tanah, gangguan kulit, serta masih banyak lagi gangguan kesehatan lain yang merugikan.

Menjaga Kebersihan
Lingkungan yang kotor dengan menumpuknya sampah dimana-mana menyebabkan aliran air atau bahkan sungai tidak dapat mengalir dengan derasnya/lancar. Hal ini menyebabkan pendangkalan air sungai, sehingga sungai tidak bisa menampung banyak air. Air yang ada tidak bisa mengalir dengan lancar sampai ke laut sehingga terjadilah banjir.

Buat Lubang Biopori
Lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk mengatasi banjir dengan cara meningkatkan daya resapan air, mengubah sampah organik menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan), memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman, dan mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam berdarah dan malaria.
Cara membuatnya cukup mudah, kita cukup membuat lubang di tanah dengan menggunakan bor tanah. Diameternya cukup 10 cm. Semakin banyak lubang biopori di halaman rumah, kita semakin aman dari bahaya banjir.

Referensi:

0 komentar:

Posting Komentar

NO SPAM / NO OFFENCE
- Please Respect Author -

--- GoDian --