Pernahkah anda
merasa jenuh, risih bahkan resah dengan berbagai acara tv yang ditayangkan
akhir-akhir ini? Awalnya saya merasa terhibur, tapi semakin ke sini kok saya
malah merasa berlebihan dan kurang mendidik. Bukan hanya kurang mendidik,
terkadang malah memberikan contoh yang tidak baik bagi anak-anak.
Bukan
hanya masyarakat yang merasa resah, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo pun ikut
heran dengan tindakan anak-anak saait ini. Pada saat menghadiri acara deklarasi
“Jakarta Layak Anak”, beliau meminta seorang anak untuk menyanyikan lagu Padamu
Negeri namun bukannya menyanyi lagu nasional tersebut anak itu malah memilih
untuk berjoget ‘Goyang Bang Jali’. Jokowi mengatakan bahwa akan lebih baik jika
tersedia lebih banyak ruang dan acara untuk anak, tidak hanya menghibur tapi
juga mendidik dan tentunya bermanfaat untuk ke depannya.
Salah
satu yang menjadi alasan beberapa tayangan mendapat teguran keras dari
masyarakat adalah adanya pelecehan terhadap seseorang orang yang kebetulan
berpenampilan tidak sempurna, cacat tubuh dan bahkan hingga menggunakan
binatang melata seperti ular sebagai alat menakuti penonton di studio. Kadang
juga artis yang tidak suka ular dipaksa tubuhnya dililitkan ular sehingga
berteriak-teriak minta tolong, sungguh bukan tayangan yang pantas untuk
dipertontonkan.
Saat
ini tayangan televisi yang dianggap kurang bermutu dan tidak mendidik adalah
Pesbukkers dan Campur Campur (ANTV),Yuk Keep Smile (Trans
TV), SMS (Trans 7) dan Eat Bulaga (SCTV). Pada awalnya
acara Eat Bulaga SCTV merupakan acara yang mendidik dan banyak disukai para
pelajar dengan kuis yang menambah pengetahuan, tapi sekarang acara ini dirasa
mulai terkesan lebay dengan adanya segmen-segmen yang kurang penting dengan
atribut yang membuat acara ini terasa semakin berlebihan.
Pesbukker
dinilai belakangan ini sering menampilkan ular untuk menakuti penonton. Begitu
juga akting Olga Syahputra yang dinilai sering berlebihan dan suka bicara
ceplas ceplos yang menyakitkan hati pemirsa. Ulah serupa juga dilakukan Olga
Syahputra di acara Campur Campur dan Yuk Keep Smile.
Masyarakat
pun kini mulai mendesak pihak stasiun televisi untuk tidak memberi peluang
akting berlebihan kepada artis pengisi acara hiburan, seperti Olga, Uya Kuya,
Raffi Ahmad dan lain-lain. Dukungan serupa juga disampaikan pelawak Qomar yang
kini menjadi anggota Komisi X DPR-RI. Dalam kapasitasnya sebagai wakil rakyat,
Qomar mengaku sudah sangat sering menerima keluhan masyarakat yang kecewa
menyaksikan acara hiburan dari Pesbukkers, Campur Campur, Eat Bulaga, Yuk Keep
Smile dan beberapa lainnya, karena isinya yang melecehan orang lain dan
menggunaan binatang melata seperti ular sebagai alat penghibur.
Mencegah Dampak Negatif Televisi Bagi Anak
Berdasarkan ekperimen yang dilakukan
oleh Bandura, dapat dilihat bahwa bahwa anak-anak mudah sekali melakukan
modelling. Oleh karena itu, tayangan TV yang tidak sesuai bagi anak dapat
membentuk dan meningkatkan perilaku agresif mereka. Untuk mencegah dampak
negatif tayangan televisi, berikut beberapa tips yang dapat anda lakukan:
1. Dampingi Anak
Usahakan untuk mendampingi anak anda ketika menonton
dan diskusikan tayangan tersebut bersama. Dengan cara ini, anak anda tidak
hanya sekedar menonton tetapi mereka juga dapat memetik pelajaran (insight)
dari tayangan yg mereka tonton.
2. Buat Jadwal Nonton TV
Buatlah jadwal menonton TV dan daftar film apa saja
yang boleh ditonton anak anda. Di luar jadwal tersebut, anda bisa mengisinya
dengan “quality time” bersama anak anda, misalnya membantu mengerjakan PR,
mengajari mereka memasak, berolahraga bersama, dan lain-lain.
3. Berlangganan TV Kabel
Maraknya tayangan yang tidak bermutu seperti sinetron
dan reality show yang direkayasa dapat disiasati dengan berlangganan TV kabel.
Banyak tayangan TV kabel yang bermutu bagi anak seperti Discovery Channel for
Kids atau National Geographic. Satu lagi keuntungan TV kabel adalah anda dapat
memproteksi saluran-saluran tertentu sehingga tidak dapat ditonton anak anda.
4. Perhatikan Rating
Dalam menonton film di televisi, selalu lihat rating
film tersebut. Di Indonesia, biasanya rating tayangan TV dibagi menjadi SU
(semua umur), BO (Bimbingan Orangtua), dan D (Dewasa). Untuk film-film Amerika,
ratingnya dikeluarkan oleh MPAA (Motion Picture Association of America). Rating
ini bisa anda temukan di DVD yang biasa anda beli untuk mengetahui apakah
film-film tersebut layak dikonsumsi oleh anak-anak. Rating G (General Audience)
untuk semua umur, PG (Parental Guidance Suggested) untuk semua umur tapi
sebaiknya dengan bimbingan orangtua, PG-13 (Parents Strongly Cautioned)
beberapa materi tidak sesuai untuk anak di bawah 13 tahun, R (Restricted) untuk
mereka yang berusia 17 tahun ke atas, dan NC-17 (No One 17 and Under Admitted)
untuk orang dewasa (dulu rating NC-17 menggunakan rating X atau semi porno).
5. Atur Tayangan Tontonan Anak
Terakhir tapi tidak kalah penting, bekerjasamalah
dengan seluruh penghuni rumah anda (termasuk pembantu anda) untuk mengatur
tayangan televisi di rumah anda karena inkonsistensi dapat membuat anak anda
bingung. Segeralah mengganti saluran atau matikan televisi jika ada adegan yang
tidak sesuai bagi anak anda.
Referensi:
1 komentar:
Sekarang tayangan yang tidak mendidik marak!! :( Produser FTV sekarang hanya mementingkan rating dan tidak memperhatikan dampak Fatalnya.Rating R-BO bagi FTV,Shitnetron atau GoSHIT hanyalah jebakan agar kita terjerumus ke hal yang fatal
Posting Komentar
NO SPAM / NO OFFENCE
- Please Respect Author -
--- GoDian --